Kussudyarsana
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstract
In recent time, Batik, as a traditional fashion not fully intention to the youth market. The Youth market, are very potential market that profitable for Batik Fashion Industry. This research try to answer the question about attitude and intention to buy of the young people toward batik. The author predict negative attitude but positive normative belief effect intention to buy of young people toward Batik.
This research uses non-random sampling method (convenience sampling) in order to collect data. One hundred young people are used as respondent. Majority of those respondents are student in university. Data were collected using self-administrative questionnaire. The result suggested model not fully confirm to reason action theory, because normative belief did not effect toward intention to buy. However, attitude had effect toward intention to buy. The study result could be taken into account any policies that link the all of characteristic used the study.

PENDAHULUAN
Industri batik di kota Solo, sudah lama berkembang dan menjadi lokomotif perekonomian di kota ini. Banyak perusahaan kecil, menengah dan besar menggantungkan ekonominya dari industri ini. Produk batik telah berkembang dengan berbagai motif dan corak serta dengan berbagai kegunaan. Di masyarakat Solo dan Jawa pada umumnya pakaian batik bahkan menjadi pakaian yang banyak digunakan untuk acara-acara resmi kemasyarakatan seperti resepsi pernikahan, kematian, acara keluarga dan lain sebagainya. Batik telah menjadi identitas budaya Surakarta. Batik, secara umum telah diterima masyarakat Solo. Namun demikian, bagi kaum muda batik belum menjadi produk yang populer. Dari sisi produksi, semakin sedikit anak muda yang menguasai teknik membatik karena lapangan kerja pada industri batik tidak menjajikan tingkat upah yang cukup tinggi. Banyak perusahaan kesulitan memperoleh tenaga kerja muda yang mampu dan mau terjun dalam produksi batik (Solo Pos, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh UNIBA (2004) memperlihatkan bahwa proses regenerasi pada perusahaan Batik di Solo, dan khususnya di Kampung Laweyan mengalami hambatan. Dari sisi pemasaran, pasar batik untuk....

DOwnload Here

0 comments:

Post a Comment